Pemanis buatan adalah bahan tambahan makanan berupa senyawa kimia yang dapat menyebabkan rasa manis pada yang tidak atau hamper tidak mempunyai nilai gizi dan biasanya digunakan untuk keperluan olahan pangan, industri serta minuman dan kesehatan. Digolongkan menjadi 2 yaitu :
1. Pemanis sintesis adalah pemanis yang dihasilkan melalui proses kimia.
Contoh : siklamat, aspartame, sakarin.
2. Pemanis natural adalah pemanis yang
dihasilkan dari proses ekstraksi atau isolated dari tanaman danbuah atau
melalui enzimatis. Contoh : sukrosa, glukosa, fruktosa, sorbitol.
Pemanis
nutritive adalah pemanis yang dapat menghasilkan kalori atau energi sebesar 4
kalori/gram. Contohnya sorbitol dan laktosa. Pemanis
non-nutritif adalah pemanis yang digunakan untuk meningkatkan kenikmatan cites
shaved produk-produk tertentu tetapi hanya menghasilkan sedikit energi atau
sekali tidak ada.
Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering
ditambahkan dan digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri serta
minuman dan makanan kesehatan. Menurut peraturan Menteri Kesehatan (Menkes) RI
Nomor 235, pemanis termasuk ke dalam bahan tambahan kimia, selain zat lain
seperti antioksidan, pemutih, pengawet, pewarna, dan lain-lain. Pemanis
alternatif umum digunakan sebagai pengganti gula jenis sukrosa, glukosa atau
fruktosa. Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma, memperbaiki
sifat-sifat fisik, sebagai pengawet, memperbaiki sifat-sifat kimia sekaligus
merupakan sumber kalori bagi tubuh. Seiring dengan pesatnya perkembangan
teknologi produksi bahan kimia dan teknologi pengolahan pangan atau produk
farmasi dan kesehatan, bahan pemanis alternatif natural mulai banyak digunakan.
Hal ini juga ditunjang oleh tren back to nature dan adanya kesadaran konsumen
untuk menggunakan produk yang aman dan bergizi. Penggunaan pemanis natural juga
dipacu oleh adanya data-data penelitian yang menunjukkan efek samping dalam
penggunaan pemanis sintetis, yaitu bersifat karsinogenik.
Tujuan digunakan bahan pemanis alternatif antara lain
untuk: mengembangkan jenis minuman dan makanan dengan jumlah kalori terkontrol,
mengontrol program pemeliharaan dan penurunan berat badan, mengurangi kerusakan
gigi, dan sebagai bahan substitusi pemanis utama. Selain itu, pemanis
alternatif dengan nilai kalori rendah sangat dibutuhkan untuk penderita
diabetes atau gula tinggi sebagai bahan substitusi gula reduksi lainnya.
Jenis – jenis pemanis
Berdasarkan proses produksi dikenal suatu jenis
pemanis yaitu sintetis dan natural. Sedangkan berdasarkan fungsinya dibagi
dalam dua kategori yaitu bersifat nutritif dan non-nutritif. Pemanis sintetis
dihasilkan melalui proses kimia. Contoh dari pemanis ini antara lain taumatin,
alimat, siklamat, aspartam, dan sakarin. Pemanis natural dihasilkan dari proses
ekstraksi atau isolasi dari tanaman dan buah atau melalui enzimatis, contohnya
sukrosa, glukosa, fruktosa, sorbitol, mantitol, dan isomalt.
Pemanis nutritif adalah pemanis yang dapat
menghasilkan kalori atau energi sebesar 4 kalori/gram. Sedangkan pemanis
non-nutritif adalah pemanis yang digunakan untuk meningkatkan kenikmatan cita
rasa produk-produk tertentu, tetapi hanya menghasilkan sedikit energi atau sama
sekali tidak ada. Pemanis jenis ini banyak membantu dalam manajemen mengatasi
kelebihan berat badan, kontrol glukosa darah, dan kesehatan gigi.
Turunan (derivat) sukrosa yang dihasilkan melalui
proses fermentasi, pirolisis, beberapa senyawa poliol jenis gula, reduksi
poliol atau gula alkohol, dan gula dari pati-patian seperti high fructose syrup
(HFS), merupakan bahan pemanis alternatif yang potensial untuk menggantikan
pemanis sintetis. Pemanis-pemanis tersebut selain aman untuk digunakan, juga
mempunyai tingkat kemanisan yang cukup tinggi.
Xylitol
Salah satu pemanis alternatif pengganti sukrosa yang
potensial adalah xylitol. Xylitol ditemukan di Jerman oleh seorang kimiawan
bernama Emil Fischer dan Sachen serta di Perancis oleh Betrand. Tetapi Xylitol
baru dinyatakan aman untuk penggunaan pemanis produk pangan pada tahun 1983.
Xylitol adalah gula alkohol jenis pentitol dengan rumus umum C5H12O3. Sifat-sifat
kimia dan fisika lain dari xylitol antara lain berbentuk serbuk, berwarna
putih, dan tidak berbau. Tingkat kemanisan 1,2-0,8 kali dari sukrosa bergantung
pada pH larutan, tetapi lebih manis dari sorbitol dan manitol. Kelarutan dalam
air pada 20 derajat Celsius adalah 64,2 g/100 ml. Sedikit larut dalam alkohol,
pH larutan antara 5-7, dan nilai kalori rendah.
Dalam jumlah kecil (BPJ -bagian persejuta), xylitol
secara alami banyak ditemukan pada buah-buahan dan sayuran seperti strawberry,
wortel, bayam, selada dan bunga kol. Sedangkan untuk produksi skala besar,
dilakukan dengan proses kimiawi dan bioteknologi. Proses kimia dilakukan dengan
hidrogenasi xylose menggunakan larutan asam. Sedangkan proses bioteknologi
dilakukan menggunakan proses enzimatik dengan bantuan mikroba jenis yeast
seperti candida dan saccharomyces. Xylitol mempunyai sifat yang menguntungkan
yaitu rasa yang menarik, aman bagi kesehatan gigi karena sifatnya yang tidak
merusak gigi (non cariogenik). Juga membantu menurunkan pembentukan carries dan
plaque pada gigi sehingga banyak digunakan untuk campuran pasta gigi. Tidak
memerlukan insulin untuk mengatur metabolismenya, sehingga menguntungkan bagi
penderita diabetes, mempunyai efek sensasi dingin yang menyenangkan, tahan
panas dan tidak mengalami karamelisa.
Hingga saat ini xylitol digunakan pada sekitar 35
negara dengan jumlah kebutuhan pada tahun 2001 mencapai 40.000 ton. Nilainya
sekitar 28 juta dollar AS (sekitar Rp 252,6 milyar). Indonesia sekarang ini
masih mengimpor xylitol untuk keperluan beberapa industri dari negara Amerika
Serikat (AS), negara-negara di Eropa, Cina, India, dan Jepang.
Gula
dari pati-patian
Gula dari pati-patian (starch sweetener) adalah
pemanis non tebu seperti halnya gula kelapa, gula aren dan gula bit. Contoh
pemanis ini adalah high fructose syrup (HFS), fruktosa, glukosa, dan inulin.
HFS diproses dari pati jagung, gandum, beras, kentang dan umbi-umbian lainnya
melalui proses ekstraksi enzimatik dan mikrobial.
Kandungan utama HFS adalah glukosa dan fruktosa,
dengan kadar fruktosa antara 42 persen -55 persen. Berdasarkan kandungan
fruktosanya, saat ini dikenal dua jenis HFS yaitu HFS-42 dan HFS-55. Inulin
adalah jenis HFS lain yang merupakan hasil ekstrak dari akar chicory dan
Jerusalem artichokes. Pemanis ini mengandung 85 persen fruktosa dan 15 persen
glukosa. HFS yang berbentuk cair sangat menguntungkan untuk
penggunaan industri minuman. Tetapi sekarang HFS juga banyak digunakan di
industri beralkohol, makanan hewan, permen, soft drink, makanan dan farmasi.
Sukralosa
(Scuralose)
Sukralosa dihasilkan dari proses klorinasi sukrosa.
Pemanis ini mempunyai tingkat relatif kemanisan yang sangat tinggi terhadap
sukrosa yaitu 550-750 kalinya. Keuntungan lain pemanis ini adalah sifatnya yang
tidak menyebabkan karies dan tidak merusak gigi, sehingga cocok untuk digunakan
dalam industri kembang gula.
Sukralosa juga bersifat non-nutritif, dicirikan dari
rendahnya kalori yang dihasilkan yaitu sekitar 2 kalori per satu sendok teh,
sehingga dapat digunakan untuk penderita diabetes dan program penurunan berat
badan.
Palatinosa
Palatinosa merupakan turunan sukrosa sebagai hasil
proses enzimatis. Enzim yang digunakan adalah x-glukosil transferase dari
Protanimobacler rubrum. Palatinosa mempunyai kemanisan lebih rendah yaitu 0,42
kalinya sukrosa, tetapi mempunyai keuntungan dengan sifat yang tidak merusak
gigi dan kandungan kalori 4 kkal/gram.
Palatinit
Palatinit
Pemanis ini merupakan campuran dari
6-O-(x-D-glukopiranosil)-D-manitol dan 6-O-x-D-glukopiranosil)-D-sorbitol dan
diproduksi melalui tiga tahap yaitu hidrogenasi palatinosa, pemurnian, dan
rekristalisasi. Pemanis ini sangat cocok untuk penderita diabetes.
Leukrosa
Pemanis leukrosa merupakan hasil sintetis dari
campuran sukrosa dan fruktosa sebanyak 2 persen serta menggunakan enzim
dextranase dari Leuconostoc mesenteroides dan dikembangkan oleh Pfeifer dan
Langen (Jerman).
0 komentar:
:f ;;) :$ x(
:@ :~ ) :s (
Posting Komentar