1.
Sifat Dasar Larutan.
Larutan adalah campuran yang
bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih.
Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah. Disebut
homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian
yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Fase larutan dapat
berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya udara. Larutan padat
misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain. Larutan cair misalnya
air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain. Komponen larutan terdiri dari
pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pada bagian ini
dibahas larutan cair.
Pelarut cair umumnya adalah
air. Pelarut cair yang lain misalnya bensena, kloroform, eter, dan alkohol. Jika
pelarutnya bukan air, maka nama pelarutnya disebutkan. Misalnya larutan garam
dalam alkohol disebut larutan garam dalam alkohol (alkohol disebutkan), tetapi
larutan garam dalam air disebut larutan garam (air tidak disebutkan). Zat
terlarut dapat berupa zat padat, gas atau cair. Zat padat terlarut dalam air
misalnya gula dan garam. Gas terlarut dalam air misalnya amonia, karbon
dioksida, dan oksigen. Zat cair terlarut dalam air misalnya alkohol dan cuka.
Umumnya komponen larutan yang jumlahnya lebih banyak disebut sebagai pelarut.
Larutan 40 % alkohol dengan 60 % air disebut larutan alkohol. Larutan 60 %
alkohol dengan 40 % air disebut larutan air dalam alkohol. Larutan 60 % gula
dengan 40 % air disebut larutan gula karena dalam larutan itu air terlihat tidak
berubah sedangkan gula berubah dari padatan (kristal) menjadi terlarut
(menyerupai air).
2.
Kelarutan.
Sebutir kristal gula pasir
merupakan gabungan dari beberapa molekul gula. Jika kristal gula itu dimasukkan
ke dalam air, maka molekul-molekul gula akan memisah dari permukaan kristal
gula menuju ke dalam air (disebut melarut). Molekul gula itu bergerak secara
acak seperti gerakan molekul air, sehingga pada suatu saat dapat menumbuk
permukaan kristal gula atau molekul gula yang lain. Sebagian molekul gula akan
terikat kembali dengan kristalnya atau saling bergabung dengan molekul gula
yang lain sehingga kembali membentuk kristal (mengkristal ulang). Jika laju
pelarutan gula sama dengan laju pengkristalan ulang, maka proses itu berada
dalam kesetimbangan dan larutannya disebut jenuh.
Kristal gula + air ⇔ larutan gula.
Larutan jenuh adalah larutan
yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang diperlukan untuk adanya
kesetimbangan antara solute yang terlarut dan yang tak terlarut.
Banyaknya solute yang melarut dalam pelarut yang banyaknya tertentu
untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut kelarutan (solubility) zat
itu. Kelarutan umumnya dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 mL pelarut,
atau per 100 gram pelarut pada temperatur yang tertentu. Jika kelarutan zat
kurang dari 0,01 gram per 100 gram pelarut, maka zat itu dikatakan tak larut (insoluble).
Jika jumlah solute yang terlarut kurang dari kelarutannya, maka
larutannya disebut tak jenuh (unsaturated). Larutan tak jenuh lebih
encer (kurang pekat) dibandingkan dengan larutan jenuh. Jika jumlah solute yang
terlarut lebih banyak dari kelarutannya, 2 maka larutannya disebut lewat jenuh (supersaturated).
Larutan lewat jenuh lebih pekat daripada larutan jenuh. Larutan lewat jenuh
biasanya dibuat dengan cara membuat larutan jenuh pada temperatur yang lebih
tinggi. Pada cara ini zat terlarut harus mempunyai kelarutan yang lebih besar
dalam pelarut panas daripada dalam pelarut dingin. Jika dalam larutan yang panas
itu masih tersisa zat terlarut yang sudah tak dapat melarut lagi, maka sisa itu
harus disingkirkan dan tidak boleh ada zat lain yang masuk.
Kemudian larutan itu didinginkan
hati-hati dengan cara didiamkan untuk menghindari pengkristalan. Jika tidak ada
solute yang memisahkan diri (mengkristal kembali) selama pendinginan,
maka larutan dingin yang diperoleh bersifat lewat jenuh. Larutan lewat jenuh
yang dapat dibuat dengan cara ini misalnya larutan dari sukrosa, natrium asetat
dan natrium tiosulfat (hipo). Larutan lewat jenuh merupakan suatu sistem
metastabil. Larutan ini dapat diubah menjadi larutan jenuh dengan menambahkan
kristal yang kecil (kristal inti/bibit) umumnya kristal dari solute.
Kelebihan molekul solute akan terikat pada kristal inti dan akan mengkristal
kembali.
Kelarutan senyawa logam biasa, yaitu senyawa logam golongan IA,
IIA, IB, IIB, Mn, Fe, Co, Ni, Al, Sn, Pb, Sb, Bi, dan NH4+ adalah
seperti pada tabel berikut: Senyawa
|
Kelarutan
|
Nitrat
|
Semua larut
|
Nitrit
|
Semua larut kecuali Ag+
|
Asetat
|
Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Bi3+
|
Klorida
|
Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+, Cu3+
|
Bromida
|
Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+
|
Iodida
|
Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+, Bi3+
|
Sulfat
|
Semua larut kecuali Ba+, Sr2+, Pb2+,
(Ca2+ sedikit
larut)
|
Sulfit
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
|
Sulfida
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+, Ba2+, Sr2+, Ca2+
|
Fosfat
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
|
Karbonat
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
|
Oksalat
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
|
Oksida
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, Ba2+, Sr2+, Ca2+
|
Hidroksida
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+, Ba2+, Sr2+,
(Ca2+ sedikit
larut)
|
Tabel 1. Kelarutan beberapa senyawa dalam air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain jenis zat
terlarut, jenis pelarut, temperatur, dan tekanan.
a.
Pengaruh Jenis Zat pada
Kelarutan.
Zat-zat dengan struktur
kimia yang mirip umumnya dapat saling bercampur dengan baik, sedangkan zat-zat
yang struktur kimianya berbeda umumnya kurang dapat saling bercampur (like
dissolves like). Senyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut
polar, sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar.
Contohnya alkohol dan air bercampur sempurna (completely miscible), air
dan eter bercampur sebagian (partially miscible), sedangkan minyak dan
air tidak bercampur (completely immiscible).
b.
Pengaruh Temperatur pada
Kelarutan.
Kelarutan gas umumnya
berkurang pada temperatur yang lebih tinggi. Misalnya jika air dipanaskan, maka
timbul gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam air, sehingga gas yang
terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang. Kebanyakan zat padat
kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi. Ada beberapa zat
padat yang kelarutannya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi, misalnya
natrium sulfat dan serium sulfat. Pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan
antara proses pelarutan dan proses pengkristalan kembali. Jika salah satu
proses bersifat endoterm, maka proses sebaliknya bersifat eksoterm. Jika
temperatur dinaikkan, maka sesuai dengan azas Le Chatelier (Henri Louis Le
Chatelier: 1850-1936) kesetimbangan itu bergeser ke arah proses endoterm.
Jadi jika proses pelarutan bersifat endoterm, maka kelarutannya bertambah pada
temperatur yang lebih tinggi. Sebaliknya jika proses pelarutan bersifat
eksoterm, maka kelarutannya berkurang pada suhu yang lebih tinggi.
c.
Pengaruh tekanan pada
kelarutan.
Perubahan tekanan
pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair atau padat. Perubahan tekanan
sebesar 500 atm hanya merubah kelarutan NaCl sekitar 2,3 % dan NH4Cl
sekitar 5,1 %. Kelarutan gas sebanding dengan tekanan partial gas itu.
Menurut hukum Henry (William Henry: 1774-1836) massa gas yang melarut
dalam sejumlah tertentu cairan (pelarutnya) berbanding lurus dengan tekanan
yang dilakukan oleh gas itu (tekanan partial), yang berada dalam
kesetimbangan dengan larutan itu. Contohnya kelarutan oksigen dalam air
bertambah menjadi 5 kali jika tekanan partial-nya dinaikkan 5 kali.
Hukum ini tidak berlaku untuk gas yang bereaksi dengan pelarut, misalnya HCl
atau NH3 dalam
air.
3.
Konsentrasi Larutan.
Konsentrasi larutan
menyatakan banyaknya zat terlarut dalam sejumlah tertentu larutan. Secara
fisika konsentrasi dapat dinyatakan dalam % (persen) atau ppm (part per
million) = bpj (bagian per juta). Dalam kimia konsentrasi larutan
dinyatakan dalam molar (M), molal (m) atau normal (N). 4
0 komentar:
:f ;;) :$ x(
:@ :~ ) :s (
Posting Komentar