Hibridasi adalah
sebuah konsep bersatunya orbital-orbital atom membentuk orbital hibrid yang
baru yang sesuai dengan penjelasan kualitatif sifat ikatan atom. Konsep
orbital-orbital yang terhibridisasi sangatlah berguna dalam menjelaskan bentuk orbital
molekul dari sebuah molekul. Teori hibridisasi dipromosikan oleh kimiawan Linus
Pauling dalam menjelaskan struktur molekul seperti metana (CH4).
Sangatlah penting untuk dicatat bahwa orbital adalah sebuah model representasi
dari tingkah laku elektron-elektron dalam molekul. Dalam kasus hibridisasi yang
sederhana, pendekatan ini didasarkan pada orbital-orbital atom hidrogen.
Orbital-orbital yang terhibridisasikan diasumsikan sebagai gabungan dari
orbital-orbital atom yang bertumpang tindih satu sama lainnya dengan proporsi
yang bervariasi.
1. Hibrid sp3
Hibridisasi
menjelaskan atom-atom yang berikatan dari sudut pandang sebuah atom. Untuk
sebuah karbon yang berkoordinasi secara tetrahedal (seperti metana, CH4),
maka karbon haruslah memiliki orbital-orbital yang memiliki simetri yang tepat
dengan 4 atom hidrogen. Konfigurasi keadaan dasar karbon adalah 1s2
2s2 2px1 2py1. Teori ikatan valensi
memprediksikan, berdasarkan pada keberadaan dua orbital p yang terisi setengah,
bahwa C akan membentuk dua ikatan kovalen, yaitu CH2. Namun, metilena adalah
molekul yang sangat reaktif, sehingga teori ikatan valensi saja tidak cukup untuk
menjelaskan keberadaan CH4.
Lebih lanjut
lagi, orbital-orbital keadaan dasar tidak bisa digunakan untuk berikatan dalam
CH4. Walaupun eksitasi elektron 2s ke orbital 2p secara teori
mengijinkan empat ikatan dan sesuai dengan teori ikatan valensi (adalah benar
untuk O2), hal ini berarti akan ada beberapa ikatan CH4
yang memiliki energi ikat yang berbeda oleh karena perbedaan aras tumpang
tindih orbital. Gagasan ini telah dibuktikan salah secara eksperimen, setiap
hidrogen pada CH4 dapat dilepaskan dari karbon dengan energi yang
sama. Untuk menjelaskan keberadaan molekul CH4 ini, maka teori
hibridisasi digunakan. Langkah awal hibridisasi adalah eksitasi dari satu (atau
lebih) elektron. Proton yang membentuk inti atom hidrogen akan menarik salah
satu elektron valensi karbon. Hal ini menyebabkan eksitasi, memindahkan
elektron 2s ke orbital 2p. Hal ini meningkatkan pengaruh inti atom terhadap
elektron-elektron valensi dengan meningkatkan potensial inti efektif. Kombinasi
gaya-gaya ini membentuk fungsi-fungsi matematika yang baru yang dikenal sebagai
orbital hibrid.
Dalam kasus
atom karbon yang berikatan dengan empat hidrogen, orbital 2s (orbital inti
hampir tidak pernah terlibat dalam ikatan) "bergabung" dengan tiga
orbital 2p membentuk hibrid sp3. Pada CH4, empat orbital
hibrid sp3 bertumpang tindih dengan orbital 1s hidrogen, menghasilkan
empat ikatan sigma.
Menurut teori
hibridasi orbital, elektron-elektron valensi metana seharusnya memiliki tingkat
energi yang sama, namun spektrum fotoelekronnya menunjukkan bahwa terdapat dua
pita, satu pada 12,7 eV (satu pasangan elektron) dan saty pada 23 eV (tiga
pasangan elektron). Ketidakkonsistenan ini dapat dijelaskan apabila kita
menganggap adanya penggabungan orbital tambahan yang terjadi ketika
orbital-orbital sp3 bergabung dengan 4 orbital hidrogen.
2. Hibrid sp2
Misalnya
etilena (C2H4) yang memiliki ikatan rangkap dua di antara
karbon-karbonnya. Karbon akan melakukan hibridisasi sp2 karena
orbtial-orbital hibrid hanya akan membentuk ikatan sigma dan satu ikatan pi
seperti yang disyaratkan untuk ikatan rangkap dua di antara karbon-karbon.
Ikatan hidrogen-karbon memiliki panjang dan kuat ikat yang sama. Dalam
hibridisasi sp2, orbital 2s hanya bergabung dengan dua orbital 2p
membentuk 3 orbital sp2 dengan satu orbital p tersisa. Dalam
etilena, dua atom karbon membentuk sebuah ikatan sigma dengan bertumpang tindih
dengan dua orbital sp2 karbon lainnya dan setiap karbon membentuk
dua ikatan kovalen dengan hidrogen dengan tumpang tindih s-sp2 yang
bersudut 120°. Ikatan pi antara atom karbon tegak lurus dengan bidang molekul
dan dibentuk oleh tumpang tindih 2p-2p (namun, ikatan pi boleh terjadi maupun
tidak).
3. Hibrid sp
Ikatan kimia
dalam senyawa seperti alkuna dengan ikatan rangkap tiga dijelaskan dengan
hibridisasi sp. Dalam model ini, orbital 2s hanya bergabung dengan satu
orbital-p, menghasilkan dua orbital sp dan menyisakan dua orbital p. Ikatan
kimia dalam asetilena (etuna) terdiri dari tumpang tindih sp-sp antara dua atom
karbon membentuk ikatan sigma, dan dua ikatan pi tambahan yang dibentuk oleh
tumpang tindih p-p. Setiap karbon juga berikatan dengan hidrogen dengan tumpang
tindih s-sp bersudut 180°.
4. Hibridisasi
dan bentuk molekul
Hibridisasi,
bersama dengan (teori VSEPR), membantuk kita dalam menjelaskan bentuk molekul:
AX1 (contoh : LiH) : tidak ada hibridisasi;
berbentuk linear
AX2 (contoh : BeCl2) : hibridisasi sp; berbentuk
Linear atau diagonal
AX2E (contoh : GeF2): berbentuk
V,
AX3 (contoh: BCl3) : hibridisasi
sp2; berbentuk datar trigonal; sudut ikat cos1(1/2) = 120°
AX3E (contoh: NH3): piramida
trigonal, 107°
AX4 (contoh : CCl4) :
hibridisasi sp3; berbentuk tetrahedral; sudut ikat cos1(1/3) 109.5°
AX5 (contoh : PCl5) :
hibridisasi sp3d; berbentuk Bipiramida trigonal
AX6 (contoh : SF6) : hibridisasi
sp3d2; berbentuk oktahedral (atau bipiramida persegi)
Hal ini
berlaku apabila tidak terdapat pasangan elektron menyendiri (lone pair
electron) pada atom pusat. Jika terdapat pasangan elektron menyendiri, maka
elektron tersebut harus dihitung pada bagian Xi, namun sudut ikat akan menjadi
lebih kecil karena gaya tolak menolak. Sebagai contoh, air (H2O)
memiliki atom oksigen yang berikatan dengan dua H dan dua pasangan elektron
menyendiri, hal ini berarti terdapat 4 ‘elemen’ pada O. Sehingga termasuk dalam
kategori AX4 dan terdapat hibridasi Sp3
0 komentar:
:f ;;) :$ x(
:@ :~ ) :s (
Posting Komentar