Inti proses belajar
adalah perubahan pada diri individu dalam aspek pengetahuan, sikap,
keterampilan, dan kebiasaan sebagai produk dan interaksinya dengan lingkungan.
Belajar adalah proses membangun pengetahuan melalui transformasi pengalaman.
Dengan kata lain suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil bila dalam
diri individu terbentuk pengetahuan, sikap, keterampilan, atau kebiasaan baru
yang secara kualitatif lebih baik dari sebelumnya. Proses belajar dapat terjadi
karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungan belajar secara
mandiri atau sengaja dirancang. Orang yang belajar mandiri secara individual
dikenal sebagai otodidak, sedangkan orang yang belajar karena dirancang
dikenal sebagai pembelajaran formal. Proses belajar sebagian besar terjadi
karena memang sengaja dirancang. Proses tersebut pada dasarnya merupakan sistem
dan prosedur penataan situasi dan lingkungan belajar agar memungkinkan
terjadinya proses belajar. Sistem dan prosedur inilah yang dikenal sebagai
proses pembelajaran aktif
Proses pembelajaran yang
baik adalah proses pembelajaran yang memungkinkan para pembelajar aktif
melibatkan diri dalam keseluruhan proses baik secara mental maupun secara
fisik. Model proses ini dikenal sebagai pembelajaran aktif atau pembelajaran
interaktif dengan karakteristiknya sebagai berikut: (1) adanya variasi
kegiatan klasikal, kelompok dan perorangan; (2) dosen berperan sebagai
fasilitator belajar, nara sumber dan manajer kelas yang demokratis; (3) keterlibatan
mental (pikiran, perasaan) siswa tinggi; (4) menerapkan pola komunikasi yang
banyak; (4) suasana kelas yang fleksibel, demokratis, menantang dan tetap
terkendali oleh tujuan; (6) potensial dapat menghasilkan dampak intruksional
dan dampak pengiring lebih efektif; (7) dapat digunakan di dalam atau di luar
kelas/ruangan.
Dalam Proses Belajar aktif seharusnya ditunjang
juga dengan memperhatikan E-learning ( Pembelajaran dengan Elektronoik), karena
dapat membantu jalannya pembelajaran aktif , maka dari situlah kami mengangkat
topik pembahasan tentang e-learning dan active learning ( belajar aktif dan
didalam penerapannya .
A. Pengertian E-Learning
Banyak pakar yang
menguraikan definisi e-learning dari berbagai sudut pandang. Definisi
yang sering digunakan banyak pihak adalah sebagai berikut:
a.E-learning merupakan suatu jenis belajar
mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan
menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain
[Hartley, 2001].
b. E-learning adalah sistem pendidikan yang
menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media
internet, jaringan komputer, maupun komputer standalone [LearnFrame.Com,
2001]
.c. E-learning adalah semua yang mencakup
pemanfaatan komputer dalam menunjang peningkatan kualitas pembelajaran,
termasuk di dalamnya penggunaan mobile technologies seperti PDA
dan MP3 players. Juga penggunaan teaching materials berbasis
web dan hypermedia, multimedia CD-ROM atau
web sites, forum diskusi, perangkat lunak kolaboratif, e-mail,
blogs, wikis, computer aided assessment, animasi pendidkan, simulasi,
permainan, perangkat lunak manajemen pembelajaran, electronic
voting systems, dan lain-lain. Juga dapat berupa kombinasi dari
penggunaan media yang berbeda [Thomas Toth, 2003; Athabasca University,
Wikipedia].
Dari definisi tersebut
dapat disimpulkan bahwa sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan
teknologi informasi dalam proses belajar mengajar dapat disebut sebagai suatu e-learning.
E-learning dalam arti luas bisa mencakup pembelajaran yang dilakukan di media
elektronik (internet) baik secara formal maupun informal. E-learning secara
formal misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran
dan tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati
pihak-pihak terkait (pengelola e-learning dan pembelajar sendiri). Pembelajaran
seperti ini biasanya tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan
pada karyawannya atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh universitas
dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahaan konsultan) yang memang bergerak
dibidang penyediaan jasa e-learning untuk umum.
E-learning bisa juga
dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana, misalnya
melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi, organisasi dan
perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program, pengetahuan atau
keterampilan tertentu pada masyarakat luas (biasanya tanpa memungut biaya).
Kategori:
e-Learning
Dari puluhan atau bahkan ratusan definisi yang
muncul dapat kita simpulkan bahwa sistem atau konsep pendidikan yang
memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar dapat disebut
sebagai suatu e-Learning.
Keuntungan menggunakan
e-learning diantaranya :
·
menghemat waktu proses
belajar mengajar,
·
mengurangi biaya
perjalanan,
·
menghemat biaya
pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan, buku),
·
menjangkau wilayah
geografis yang lebih luas,
·
melatih pelajar lebih
mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.
Untuk menyampaikan
pembelajaran, e-learning selalu diidentikkan dengan penggunaan internet. Namun
sebenarnya media penyampaian sangat beragam dari internet, intranet, cd, dvd,
mp3, PDA, dan lain-lain. Penggunaan teknologi internet pada e-learning umumnya
dengan pertimbangan memiliki jangkauan yang luas. Ada juga beberapa lembaga
pendidikan dan perusahaan yang menggunakan jaringan intranet sebagai media
e-learning sehingga biaya yang disiapkan relatif lebih murah.
Pengertian Yang Terkait E-LEARNING
Sekilas perlu kita
pahami ulang apa e-Learning itu sebenarnya. E-Learning adalah
pembelajaran jarak jauh (distance Learning) yang memanfaatkan teknologi
komputer, jaringan komputer dan/atau Internet. E-Learning memungkinkan
pembelajar untuk belajar melalui komputer di tempat mereka masing-masing tanpa
harus secara fisik pergi mengikuti pelajaran/perkuliahan di kelas. E-Learning
sering pula dipahami sebagai suatu bentuk pembelajaran berbasis web yang bisa
diakses dari intranet di jaringan lokal atau internet. Sebenarnya materi e-Learning
tidak harus didistribusikan secara on-line baik melalui jaringan lokal
maupun internet, distribusi secara off-line menggunakan media CD/DVD pun
termasuk pola e-Learning. Dalam hal ini aplikasi dan materi belajar
dikembangkan sesuai kebutuhan dan didistribusikan melalui media CD/DVD,
selanjutnya pembelajar dapat memanfatkan CD/DVD tersebut dan belajar di tempat
di mana dia berada.
Ada beberapa pengertian berkaitan dengan e-Learning
sebagai berikut :
·
Pembelajaran jarak jauh.
E-Learning memungkinkan
pembelajar untuk menimba ilmu tanpa harus secara fisik menghadiri kelas.
Pembelajar bisa berada di Semarang, sementara “instruktur” dan pelajaran yang
diikuti berada di tempat lain, di kota lain bahkan di negara lain. Interaksi
bisa dijalankan secara on-line dan real-time ataupun secara off-line
atau archieved.
Pembelajar belajar dari
komputer di kantor ataupun di rumah dengan memanfaatkan koneksi jaringan lokal
ataupun jaringan Internet ataupun menggunakan media CD/DVD yang telah
disiapkan. Materi belajar dikelola oleh sebuah pusat penyedia materi di
kampus/universitas, atau perusahaan penyedia content tertentu. Pembelajar bisa
mengatur sendiri waktu belajar, dan tempat dari mana ia mengakses pelajaran.
·
Pembelajaran dengan
perangkat komputer
E-Learning
disampaikan dengan memanfaatkan perangkat komputer.
Pada umumnya perangkat dilengkapi perangkat multimedia, dengan cd drive
dan koneksi Internet ataupun Intranet lokal. Dengan memiliki komputer yang
terkoneksi dengan intranet ataupun Internet, pembelajar dapat berpartisipasi
dalam e-Learning. Jumlah pembelajar yang bisa ikut berpartisipasi tidak
dibatasi dengan kapasitas kelas. Materi pelajaran dapat diketengahkan dengan
kualitas yang lebih standar dibandingkan kelas konvensional yang tergantung
pada kondisi dari pengajar.
·
Pembelajaran formal vs.
informal
E-Learning
bisa mencakup
pembelajaran secara formal maupun informal. E-Learning secara formal,
misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes
yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati
pihak-pihak terkait (pengelola e-Learning dan pembelajar sendiri). Pembelajaran
seperti ini biasanya tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan
pada karyawannya, atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh universitas
dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahan konsultan) yang memang bergerak
di bidang penyediaan jasa e-Learning untuk umum. E-Learning bisa
juga dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana, misalnya
melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi,
organisasi dan perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program,
pengetahuan atau keterampilan tertentu pada masyarakat luas (biasanya tanpa
memungut biaya).
·
Pembelajaran yang
ditunjang oleh para ahli di bidang masing-masing.
Walaupun sepertinya e-Learning diberikan
hanya melalui perangkat komputer, e-Learning ternyata disiapkan, ditunjang,
dikelola oleh tim yang terdiri dari para ahli di bidang masing-masing, yaitu:
1.
Subject
Matter Expert
(SME) atau nara sumber
dari pelatihan yang disampaikan
2.
Instructional
Designer
(ID), bertugas untuk
secara sistematis mendesain materi dari SME menjadi materi e-Learning
dengan memasukkan unsur metode pengajaran agar materi menjadi lebih interaktif,
lebih mudah dan lebih menarik untuk dipelajari
3.
Graphic
Designer
(GD), mengubah materi
text menjadi bentuk grafis dengan gambar, warna, dan layout yang enak
dipandang, efektif dan menarik untuk dipelajari
4.
Ahli bidang Learning
Management System (LMS). Mengelola sistem di website yang mengatur lalu
lintas interaksi antara instruktur dengan siswa, antarsiswa dengan siswa
lainnya.
Di sini, pembelajar bisa melihat modul-modul yang
ditawarkan, bisa mengambil tugas-tugas dan test-test yang harus dikerjakan,
serta melihat jadwal diskusi secara maya dengan instruktur, nara sumber lain,
dan pembelajar lain. Melalui LMS ini, siswa juga bisa melihat nilai tugas dan
test serta peringkatnya berdasarkan nilai (tugas ataupun test) yang diperoleh.
E-Learning
tidak diberikan semata-mata oleh mesin, tetapi
seperti juga pembelajaran secara konvensional di kelas, e-Learning ditunjang
oleh para ahli di berbagai bidang terkait.
B. Pengertian Active Learning ( Belajar aktif )
Seperti banyak istilah
yang digunakan untuk menggambarkan belajar atau mengajar, belajar aktif tidak
mudah didefinisikan secara sederhana. Beberapa kutipan definisi ini menawarkan
beberapa gambaran apa yang dipikirkan orang mengenai belajar aktif.
Glasgow 1996 (Doing Science)
Pembelajar aktif
berusaha sungguh sungguh untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar pada
belajarnya sendiri. Mereka mengambil peran yang lebih dinamis dalam menentukan
bagaimana dan apa yang mereka akan ketahui, apa yang seharusnya mereka bisa
lakukan, dan bagaimana mereka akan melakukannya.Peran mereka berkembang lebih
jauh ke pengelolaan pendidikan diri, dan memotivasi diri menjadi kekuatan lebih
besar di belakang belajar.
Modell and Michael 1993 (Promoting Active Learning
in Life Science Classrooms)
Kita mendefinisikan
lingkungan belajar aktif adalan suatu lingkungan di mana siswa didorong secara
individual untuk terlibat di dalam proses membangun model mental mereka sendiri
dari informasi yang mereka peroleh.Sebagai tambahan, sebagai bagian dari
prosesbelajar aktif, siswa harus selalu mentes validitas dari model yang sedang
dibangun.
UC Davis TAC Handbook:
Belajar aktif adalah suatu pendekatan belajar yang
melibatkan siswa sebagai “gurunya sendiri” . Perlu diingat siswa aktif adalah
pendekatan, bukan metode.
Apa itu Pendekatan Belajar Aktif ?
Belajar Aktif adalah
cara pandang yang menganggap belajar sebagai kegiatan membangun
makna/pengertian terhadap pengalaman dan informasi, yang dilakukan oleh si
pembelajar, bukan oleh si pengajar, serta menganggap mengajar sebagai kegiatan
menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar si
pembelajar sehingga berkeinginan terus untuk belajar selama hidupnya dan tidak
tergantung pada guru/orang lain bila mereka mempelajari hal-hal baru.
Pandangan guru
seharusnya;Mengangap guru lebih sebagai tukang kebun yang merawat dan
memelihara tanaman dari pada sebagai penuang air yang menuangkan air ke dalam
gelas kosong.Menganggap siswa lebih sebagai tanaman yang memiliki kemampuan
untuk tumbuh sendiri dari pada sebagai gelas kosong yang hanya dapat penuh bila
ada yang mengisi.
Mengapa Perlu Belajar Aktif ?
Paling sedikit ada tiga
alasan mengapa belajar aktif perlu diterapkan:
1.
Karakteristik
Siswa.
Rasa ingin tahu yang merupakan modal dasar bagi
berkembangnya sikap kritis
,
Imajinasi yang merupakan modal berfikir dan
berperilaku kreatif
2.
Hakikat belajar
Belajar adalah proses menemukan dan membangun
makna/pengertian oleh si pembelajar terhadap informasi dan pengalaman yang
disaring melalui persepsi, pikiran, dan perasaan si pembelajar. Belajar
bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Pengetahuan
dibangun sendiri oleh si pembelajar.
3.
Karakteristik lulusan
yang dikehendaki.
Agar mampu bertahan dan
berhasil dalam hidup, lulusan yang diinginkan adalah generasi yang:
Peka (berarti berpikir
tajam, kritis, dan tanggap terhadap pikiran dan perasaan orang lain)
,
Mandiri (berarti berani
dan mampu bertindak tanpa selalu tergantung pada orang lain), da
n
Bertanggung jawab
berarti siap menerima akibat dari keputusan dan tindakan yang diambil
Bagaimana Suasana Belajar Aktif ?
Suasana belajar aktif adalah suasana belajar
mengajar yang membuat siswa melakukan:
1.
Pengalaman
Anak akan belajar banyak
melalui berbuat. Pengalaman langsung mengaktifkan lebih banyak indera daripada
hanya melalui mendengarkan.
Mengenal benda terapung
dan tenggelam akan lebih mantap bila mencoba sendiri secara langsung daripada
hanya mendengarkan penjelasan guru. Demikian pula untuk hal lainnya.
2.
Interaksi
Belajar akan terjadi dan
meningkat kualitasnya bila terjadi suasana interaksi dengan orang lain.
Interaksi dapat berupa diskusi, saling bertanya dan mempertanyakan, saling
menjelaskan, dll. Pada saat orang lain mempertanyakan pendapat kita atau apa
yang kita kerjakan maka kita terpacu untuk berpikir menguraikan lebih jelas
lagi sehingga kualitas pendapat itu lebih baik.
3.
Komunikasi
Pengungkapan pikiran dan
perasaan, baik secara lisan maupun tulisan, merupakan kebutuhan setiap manusia
dalam rangka mengungkapkan dirinyauntuk mencapai kepuasan. Pengungkapan
pikiran, baik dalam rangka mengemukakan gagasan sendiri atau menilai gagasan
orang lain, akan memantapkan pemahaman seseorang tentang apa yang sedang
dipikirkan atau dipelajari.
4.
Refleksi
Bila seseorang
mengungkapkan gagasannya kepada orang lain dan mendapat tanggapan maka orang
itu akan merenungkan kembali (refleksi) gagasannya, kemudian melakukan
perbaikan sehingga memiliki gagasan yang lebih mantap. Refleksi dapat terjadi
sebagai akibat dari interaksi dan komunikasi. Umpan balik dari guru atau siswa
lain terhadap kerja seorang siswa, yang berupa pertamyaan menantang (membua
siswa berpikir) dapat merupakan pemicu bagi siswa untuk melakukan refleksi
tentang apa yang sedang dipikirkan atau dipelajar
Dalam penerapan metode belajar aktif yang benar,
siswa dan guru sama-sama aktifnya
Metode belajar aktif
atau sekarang lumrah disebut sebagai metode PAKEM (pembelajaran kreatif, aktif
dan menyenangkan) saat ini mulai dirasakan pentingnya dikalangan praktisi
pendidik. Dikarenakan metode ini agaknya menjadi jawaban bagi suasana kelas
yang kaku, membosankan, menakutkan, menjadi beban dan tidak membuat betah dan
tidak menumbuhkan perasaan senang belajar bagi anak didik. Alih-alih membuat
anak mau menjadi pembelajar sepanjang hayat yang terjadi malah kelas dan
sekolah menjadi momok yang menakutkan bagi siswa.
Cara belajar siswa aktif
adalah merupakan tantangan selanjutnya bagi para pendidik. Sebab ruh dari KTSP
yang diberlakukan sekarang ini adalah pembelajaran aktif. Dalam pembelajaran
aktif baik guru dan siswa sama-sama menjadi mengambil peran yang penting.
Guru sebagai pihak yang;
o
merencanakan dan
mendesain tahap skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan di dalam kelas.
o
membuat strategi
pembelajaran apa yang ingin dipakai (strategi yang umum dipakai adalah belajar
dengan bekerja sama)
o
membayangkan interaksi
apa yang mungkin akan terjadi antara guru dan siswa selama pembelajaran
berlangsung.
o
Mencari keunikan siswa,
dalam hal ini berusaha mencari sisi cerdas dan modalitas belajar siswa dengan
demikian sisi kuat dan sisi lemah siswa menjadi perhatian yang setara dan
seimbang
o
Menilai siswa dengan
cara yang tranparan dan adil dan harus merupakan penilaian kinerja serta proses
dalam bentuk kognitif, afektif, dan skill (biasa disebut psikomotorik)
o
Melakukan macam-macam
penilaian misalnya tes tertulis, performa (penampilan saat presentasi, debat
dll) dan penugasan atau proyek
o
Membuat portfolio
pekerjaan siswa.
Siswa menjadi pihak yang;
o
menggunakan kemampuan
bertanya dan berpikir
o
melakukan riset sederhana
o
mempelajari ide-ide
serta konsep-konsep baru dan menantang.
o
memecahkan masalah
(problem solving),
o
belajar mengatur waktu
dengan baik,
o
melakukan kegiatan
pembelajaran secara sendiri atau berkelompok (belajar menerima pendapat orang
lain, siswa belajar menjadi team player)
o
mengaplikasikan hasil
pembelajaran lewat tindakan atau action.
o
Melakukan interaksi
sosial (melakukan wawancara, survey, terjun ke lapangan, mendengarkan guest
speaker)
o
Banyak kegiatan yang
dilakukan dengan berkelompok.
Strategi Pembelajaran Aktif
Sebagaimana ditegaskan oleh para teoritisi belajar
seperti Crow and Crow (1963), Gagne (1965), dan Hilgard and Bower (1966) dalam
Knowles (1990), inti proses belajar adalah perubahan pada diri individu dalam
aspek-aspek pengetahuan, sikap, keterampilan, dan kebiasaan sebagai produk dan
interaksinya dengan lingkungannya. Atau bila kita ambil Kolb (1986),
mengatakan bahwa: “belajar adalah proses membangun pengetahuan melalui transformasi
pengalaman”. Dengan kata lain suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil
bila dalam diri individu terbentuk pengetahuan, sikap, keterampilan, atau
kebiasaan baru yang secara kualitatif lebih baik dari sebelumnya. Proses
belajar dapat terjadi karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungan
belajar secara mandiri atau sengaja dirancang.
Jenis model-model pembelajaran interaktif
Prof. Dr. Atwi Suparman, M.Sc. (1997:12) menjelaskan antara lain:
1) Model berbagai
informasi yang tujuannya menitikberatkan pada proses komunikasi dan diskusi
melalui interaksi argumentatif yang sarat penalaran. Termasuk ke dalam rumpun
ini Model Orientasi, Model Sidang Umum, Model Seminar, Model Konferensi Kerja,
Model Simposium, Model forum, dan Model Panel.
2) Model Belajar
melalui pengalaman yang tujuannya menitikberatkan pada proses perlibatan dalam
situasi yang memberi implikasi perubahan perilaku yang sarat nilai dan sikap
sosial. Termasuk ke dalam rumpun ini Model Simulasi, Model Bermain Peran, Model
Sajian Situasi, Model Kelompok Aplikasi, Model Sajian Konflik, Model Sindikat,
dan Model Kelompok “T”.
3) Model pemecahan
masalah yang tujuannya menitikberatkan pada proses pengkajian dan pemecahan
masalah melalui interaksi dialogis dalam situasi yang sarat penalaran induktif.
Termasuk ke dalam rumpun ini Model Curah Pendapat, Model Riuh Bicara, Model
Diskusi Bebas, Model Kelompok Okupasi, Model Kelompok Silang, Model Tutorial,
Model Studi Kasus, dan Model Lokakarya.
Model kelompok orientasi Situmorang (1997:3)
mengatakan bahwa: ”suatu model pembelajaran melalui pengenalan program dan
lingkungan belajar. Dalam pembelajaran tersebut dibentuk kelompok siswa. Yang
dimaksud program meliputi tujuan dan strategi pencapaiannya, sedangkan
linmgkungan belajar meliputi sarana belajar, narasumber, sarana pendukung, dan
termasuk di dalamnya tata tertib yang harus dipatuhi”. Ada tiga keterampilan
dasar mengajar yang dibutuhkan pengajar yaitu keterampilan menjelaskan,
keterampilan bertanya dan keterampilan mengolah kelompok kecil.
Model Sidang Umum Winataputra (1997:13) menjelaskan
bahwa: “istilah teknis pembelajaran yang digunakan untuk menunjukkan suatu
bentuk prosedural pengorganisasian interaksi belajar-mengajar yang melibatkan
pengajar (guru, pelatih, tutor, dosen, instruktur, widyaiswara) dan peserta
didik (petatar, mahasiswa, siswa)”. Model ini merupakan bentuk simulatif atau
tiruan sidang umum atau dapat pula disebut Sidang Umum berskala pedagogis
kelas. Model ini bertujuan agar peserta didik dapat menyajikan informasi,
memimpin pertemuan, membahas masalah, dan merumuskan kesimpulan atau mengambil
keputusan dalam pertemuan formal. Beberapa keterampilan dasar mengajar yang
perlu dikuasi yaitu keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya,
keterampilan mengadakan variasi, keterampilan mengelola kelas dan ketarampilan
memberikan penguatan.
Model Seminar Irawan (1997:25) menjelaskan
bahwa: “suatu kegiatan belajar mengajar yang melibatkan sekelompok orang yang
mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang mendalam, atau dianggap mempunyai
pengalaman dan pengetahuan mendalam tentang suatu hal, dan membahas hal
tersebut bersama-sama dengan tujuan agar setiap peserta dapat saling belajar
dan berbagi pengalaman dengan rekannya”.
Model Konferensi Kerja Tubbs (dalam Wardiani, 1997:37)
mengartikan: “sebagai rangkaian pertemuan yang membahas topik yang menjadi
kepedulian berbagai orang atau kelompok peserta konferensi. Misalnya,
wakil-wakil dari berbagai perguruan tinggi mengadakan konferensi untuk membahas
kurikulum, pengabdian pada masyarakat, dan lain-lain”.
Model Simposium Winataputra (1997:49)
mengatakan: “merupakan bentuk pertemuan ilmiah yang resmi”. Dalam pertemuan ini
para pembicara menyampaikan pandangan mengenai suatu topik dari berbagai visi.
Dengan cara ini suatu topik permasalahan dibahas secara meluas sehingga masalah
itu terurai secara interdisipliner. Misalnya masalah pendidikan dibahas dari
visi sosial, ekonomi, psikologi, agama, dan teknologi. Model simposium
merupakan kerangka pembelajaran yang memerankan peserta didik sebagai pakar
dalam berbagai bidang untuk berlatih memecahkan suatu topik problematik.
Peserta didik dikondisikan untuk mencoba berbagai ide mengenai sesuatu dari
visi masing-masing.
Model Forum dipakai sebagai istilah teknis
pembelajaran untuk menunjukkan suatu bentuk prosedural pengorganisasian
interaksi belajar mengajar klasikal yang melibatkan pengajar dan peserta didik
dalam konteks pembahasan masalah. Model ini dapat bersifat bentuk nyata (real)
bila masalah yang dibahas memang benar-benar merupakan masalah yang dihadapi
peserta didik.
Diskusi Panel merupakan kerangka konseptual yang
digunakan oleh pengajar dalam mengorganisasikan interaksi belajar mengajar
dalam konteks pembahasan masalah kontroversial di lingkungannya. Model ini
dapat dilakukan dalam bentuk real atau dalam bentuk simulatif,
tergantung dari hakekat masalah yang dibahas. Dengan menggunakan model ini,
peserta didik akan dapat menyampaikan informasi atau pendapat mengenai
permasalahan yang kontroversial. Proses ini akan mengkondisikan peserta
didik untuk berpikir secara kritis dan bersikap toleran terhadap pendapat orang
lain yang berbeda.
Model Simulasi diartikan sebagai kegiatan
pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk meniru satu kegiatan
atau pekerjaan yang dituntut dalam kehidupan sehari-hari, atau yang berkaitan
dengan tugas yang akan menjadi tanggung jawabnya jika kelak siswa sudah
bekerja. Misalnya, simulasi mengajar, simulasi menolong orang sakit, simulasi
mengatasi perampokan, atau simulasi pengaturan ruang. Dengan demikian, simulasi
sebagai salah satu model pembelajaran merupakan peniruan pekerjaan yang
menuntut kemampuan tertentu dari siswa sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan.
Simulasi bertujuan untuk memberi kesempatan berlatih menguasai keterampilan tertentu
melalui situasi buatan sehingga siswa terbebas dari resiko pekerjaan berbahaya.
Bermain peran digunakan dalam pembelajaran dengan
tujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih menumbuhkan kesadaran
dan kepekaan sosial serta sikap positif, di samping menemukan alternatif
pemecahan masalah. Dengan perkataan lain, melalui bermain peran, siswa
diharapkan mampu memahami dan menghayati berbagai masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari. Inilah yang merupakan tekanan utama dalam bermain peran
yang membedakannya dari simulasi. Simulasi lebih menekankan pada pembentukan
keterampilan, sedangkan pembentukan sikap dan nilai merupakan tujuan tambahan.
Model Sajian Situasi merupakan kerangka prosedural
pembelajaran yang menggunakan simulasi sebagai pemicu (trigger) belajar.
Materi yang disajikan bukanlah konsep yang abstrak secara verbal tetapi situasi
yang dibuat mencerminkan suatu konsep. Peserta didik dikondisikan untuk dapat
menangkap konsep itu melalui proses analisis situasi yang disimulasikan.
Model Kelompok Aplikasi adalah satu model
pembelajaran keterampilan melalui penerapan dalam situasi nyata. Istilah
aplikasi sering digunakan untuk menggambarkan wujud nyata dari suatu konsep,
prinsip, maupun prosedur. Misalnya sering kita mendengar orang mengatakan itu
kan hanya konsep, tapi nyatanya bagaimana?
Model Kelompok Sindikat merupakan istilah teknis
pembelajaran yang digunakan untuk pengorganisasian interaksi belajar
mengajar yang melibatkan pengajar, peserta didik, dan lingkungan belajar. Tujuannya
adalah untuk melatih keterampilan peserta didik agar dapat menggali/mencari
informasi, mendiskusikannya dengan sesama teman, meneliti kebenaran informasi,
menyajikan informasi dalam laporan ilmiah, dan mengembangkan sikap bertanggung
jawab atas proses belajarnya sendiri.
Kelompok “T” merupakan pendekatan yang dipinjam
dari dunia psikologi dan manajemen. Melalui model ini, sekelompok orang
ditempatkan dalam suatu situasi tertentu, sedemikian rupa, sehingga setiap
orang dalam kelompok itu merasakan adanya suatu kesatuan yang utuh dengan
anggota lain dalam kelompok. Dalam dunia manajemen, strategi ini sering
dilakukan di berbagai organisasi karena dipercaya bahwa tujuan organisasi tidak
bisa dicapai secara optimal apabila personal dalam organisasi tidak memiliki
sinergi tim, tidak memiliki rasa kesatuan dengan rekan-rekan yang lain. Dalam
dunia pendidikan dan pelatihan, model kelompok “T” digunakan dengan alasan
relatif sama.
Model Curah Pendapat (brainstorming) Suciati
(1977:153) menjelaskan bahwa: “ pada dasarnya merupakan model untuk mencari
pemecahan masalah (problem solving), meskipun dapat juga digunakan untuk
tujuan penyusunan program, manual kerja, dan sebagainya”. Model ini terdiri dua
tahap, tahap identifikasi gagasan (curah pendapat) dan tahap evaluasi gagasan.
Model Riuh Bicara Wardani (1977:161)
menjelaskan bahwa: “terjemahan dari Buzz Group yang secara harfiah
berarti “kumpulan lebah” yang berdengung”. Dengungan ini merupakan ciri khas
dari buzz group. Di dalam pembelajaran, Kelompok Riuh Bicara adalah
kelompok kecil yang terdiri dari 2-5 orang yang membahas satu isu atau masalah
dalam waktu yang singkat.
Model Kelompok Diskusi Bebas adalah model
diskusi kelompok yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan topik
dan arah diskusi. Dengan demikian, kelompok bebas memilih topik bebas yang akan
didiskusikan serta cara dan arah (tujuan) yang ingin dicapai dalam diskusi.
Bahkan siswa dapat menentukan dengan siapa dia ingin berkelompok. Tujuan utama
yang ingin dicapai melalui model ini agar siswa mampu mengembangkan nilai dan
sikap melalui diskusi ide-ide baru. Di samping itu, pengembangan melalui
diskusi bebas oleh mahasiswa juga diharapkan mampu mengembangkan ide-ide baru
yang mungkin belum pernah mendapat kesempatan untuk diungkapkan.
Model Kelompok Okupasi Situmorang (1997:183)
menjelaskan bahwa: “satu model belajar mengajar yang menggunakan pendekatan
proses berbagi pengalaman dalam bidang pekerjaan yang sama”. Mungkin kita yang
memiliki profesi dan bidang pekerjaan yang sama pernah berkumpul untuk
memecahkan satu masalah tertentu; kemudian setiap orang diminta mengutarakan
pengalamannya yang berkisar dengan masalah tersebut. Proses berbagi pengalaman
seperti inilah yang disebut dengan Model Kelompok Okupasi.
Model Diskusi Kelompok Silang pada hakekatnya
adalah diskusi secara umum. Diskusi adalah suatu kegiatan yang dihadiri dua
orang atau lebih untuk berbagi ide dan pengalaman serta memperluas pengetahuan.
Misalnya beberapa anggota kelompok diskusi cenderung diam dan hanya menjadi
pendengar. Di sisi lain, satu dua anggota lainnya cenderung mendominasi seluruh
pembahasan. Jelas keadaan ini tidak sehat (terutama bila diskusi ini dipakai
dalam konteks belajar mengajar). Model ini diperkenalkan untuk menutupi
beberapa kelemahan di atas.
Model Tutorial Winataputra (dalam Suparman,
1997:205) mengatakan: “bahwa tutorial atau “tutoring” merupakan istilah teknis
pembelajaran yang diartikan sebagai bimbingan dan bantuan belajar”. Tutorial
dapat diberikan oleh pengajar atau sesama peserta didik (peer tutorial)
atau orang lain sebagai tamu (guest tutorial) atau peserta didik yang
lebih tinggi (cross age tutorial).
Model Studi Kasus sangat produktif digunakan untuk
mengembangkan kemampuan/keterampilan memecahkan masalah. Model atau pendekatan
ini sangat sering digunakan dalam pendidikan dan pelatihan, dalam bentuk yang
paling sederhana sampai yang paling kompleks. Studi kasus merupakan satu bentuk
simulasi untuk mempelajari kasus nyata atau kasus sekarang.
Model Lokakarya (workshop/bengkel kerja)
adalah wahana atau forum sekumpulan orang bekerja bersama-sama untuk
menghasilkan suatu karya. Apa yang dihasilkan dalam suatu lokakarya adalah
sesuatu yang nyata (konkret), dapat diamati (observable), real (tangible).
Karena itu, orientasi lokakarya adalah pada praktik, dan bukan pembahasan
teoritis.
0 komentar:
:f ;;) :$ x(
:@ :~ ) :s (
Posting Komentar