I.
Hukum-Hukum Dasar Ilmu
Kimia
Dalam ilmu kimia, stoikiometri (kadang disebut stoikiometri reaksi
untuk membedakannya dari stoikiometri komposisi) adalah ilmu yang
mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk
dalam reaksi kimia (persamaan kimia).
Kata ini berasal dari bahasa
Yunani stoikheion (elemen) dan metriā (ukuran). Stoikiometri reaksi
adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur dalam senyawa dalam
pembentukan senyawanya. Pada perhitungan kimia secara stoikiometri, biasanya
diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia.
Hukum kimia adalah hukum alam yang
relevan dengan bidang kimia. Konsep paling fundamental dalam kimia
adalah hukum konservasi massa, yang menyatakan bahwa tidak terjadi
perubahan kuantitas materi sewaktu reaksi kimia biasa. Fisika modern
menunjukkan bahwa sebenarnya yang terjadi adalah konservasi energi, dan
bahwa energi dan massa saling berhubungan suatu konsep yang menjadi
penting dalam kimia nuklir. Konservasi energi menuntun ke suatu
konsep-konsep penting mengenai kesetimbangan, termodinamika, dan
kinetika. Hukum tambahan dalam kimia mengembangkan hukum konservasi
massa.
Hukum-hukum dasar ilmu kimia adalah sebagai berikut:
1. Hukum
Boyle (1662)
2. Hukum
Lavoiser disebut juga Hukum Kekekalan Massa (1783)
3. Hukum
Perbandingan Tetap (Proust – 1799)
4. Hukum
Gay Lussac (1802)
5. Hukum
Boyle – Gay Lussac (1802)
6. Hukum
Dalton disebut juga Hukum Kelipatan Perbandingan (1803)
7. Hukum
Avogadro (1811)
8. Hukum
Gas Ideal (1834)
II. Hukum Boyle
(1662)
Robert Boyle (25 Januari 1627 - 30 Desember 1691) adalah ahli
fisika Inggris, pengarang, Bapak Ilmu Kimia, penemu hukum Boyle, penemu pompa
hampa udara, penemu konsep atom, orang pertama di dunia yang membedakan unsur
dari senyawa, asam dari alkali, orang pertama di dunia yang menemukan
pentingnya udara bagi pernafasan, pembakaran, dan kehidupan, orang pertama di
dunia yang menemukan bahwa suara tak dapat merambat di dalam tabung hampa.
Boyle menekankan pentingnya eksperimen yang cermat bagi perkembangan ilmu. Ia
membuat eksperimen dengan luas tentang proses pemanasan logam. Ia menemukan
gejala penguapan dan pembekuan.
Hukum Boyle 1622.
Boyle menemukan bahwa udara dapat dimanfaatkan dan dapat berkembang bila
dipanaskan. Akhirya ia menemukan hukum yang kemudian terkenal sebagai hukum
Boyle:” bila suhu tetap, volume gas dalam ruangan tertutup berbanding terbalik
dengan tekananya”
P1.V1 =
P2.V2
Contoh : 1
mol gas CO2 dengan volume 10 liter dan tekanan 1,5 atm 1 mol gas H2 dengan
volume 30 liter. Pada temperatur yang sama dengan gas CO2, berapa tekanannya?
Jawab :
Diketahui : P1 = 1,5 atm
V1 = 10
liter V2 = 30 liter
Ditanya :
P2 ?
Jawab :
P1.V1 = P2.V2
1,5 x 10 = P2 x 30
P2 = 0,5 atm
III. Hukum Lavoiser (1783)
Hukum kekekalan massa atau dikenal
juga sebagai hukum Lomonosov-Lavoisier adalah suatu hukum yang menyatakan massa
dari suatu sistem tertutup akan konstan meskipun terjadi berbagai macam proses
di dalam sistem tersebut(dalam sistem tertutup Massa zat sebelum dan sesudah
reaksi adalah sama (tetap/konstan). Pernyataan yang umum digunakan untuk
menyatakan hukum kekekalan massa adalah massa dapat berubah bentuk tetapi tidak
dapat diciptakan atau dimusnahkan. Untuk suatu proses kimiawi di dalam suatu sistem
tertutup, massa dari reaktan harus sama dengan massa produk. “Massa zat sebelum dan sesudah reaksi selalu
sama.”
Contoh:
39 gram Kalium direaksikan dengan 36,5 gram HCl. Berapakah zat
hasil reaksi?
Bila BA K = 39; BA Cl = 35,5; BA H = 1
Jawab: 2 K + 2 HCl 2 KCl + H2
mol Kalium = 39 / 39 = 1 mol
IV. Hukum Proust (1799)
Dalam kimia, hukum
perbandingan tetap atau hukum Proust (diambil dari namakimiawan
Perancis Joseph Proust) adalah hukum yang menyatakan bahwa suatu senyawa kimia
terdiri dari unsur-unsur dengan perbandingan massa yang selalu tepat sama.
Dengan kata lain, setiap sampel suatu senyawa memiliki komposisi unsur-unsur
yang tetap. Misalnya, air terdiri dari 8/9 massa oksigen dan 1/9 massa
hidrogen. Bersama dengan hukum perbandingan berganda (hukum Dalton), hukum
perbandingan tetap adalah hukum dasar stoikiometri.
“Perbandingan massa
unsur-unsur dalam suatu persenyawaan kimia selalu tetap.” Perbandingan tetap pertama kali dikemukakan oleh Joseph Proust,
setelah serangkaian eksperimen di tahun 1797 dan 1804. Hal ini telah sering diamati
sejak lama sebelum itu, namun Proust-lah yang mengumpulkan bukti-bukti dari
hukum ini dan mengemukakannya Pada saat Proust mengemukakan hukum ini, konsep
yang jelas mengenai senyawa kimia belum ada (misalnya bahwa air adalah H2O
dsb.). Hukum ini memberikan kontribusi pada konsep mengenai bagaimana
unsur-unsur membentuk senyawa. Pada 1803 John Dalton mengemukakan sebuah teori
atom, yang berdasarkan pada hukum perbandingan tetap dan hukum perbandingan
berganda, yang menjelaskan mengenai atom dan bagaimana unsur membentuk senyawa.
Contoh : Berapakah Ca: O dalam senyawa CaO?
Jawab : Ca : O = BA Ca : BA O
= 40 : 16
= 5 : 2
V.
Hukum Gay Lussac (1802)
Setelah lebih dari satu abad
penemuan Boyle ilmuwan mulai tertarik pada hubungan antara volume dan
temperatur gas. Mungkin karena balon termal menjadi topik pembicaraan di kota
waktu itu. Kimiawan Perancis Jacques Alexandre César Charles (1746-1823),
seorang navigator balon yang terkenal pada waktu itu, mengenali bahwa, pada
tekanan tetap, volume gas akan meningkat bila temperaturnya dinaikkan. Hubungan
ini disebut dengan hukum Charles, walaupun datanya sebenarnya tidak
kuantitatif.
Gay-Lussac lah yang kemudian
memplotkan volume gas terhadap temperatur dan mendapatkan garis lurus. Karena
alasan ini hukum Charles sering dinamakan hukum Gay-Lussac. Baik
hukum Charles dan hukum Gay-Lussac kira-kira diikuti oleh semua gas selama
tidak terjadi pengembunan. Pembahasan menarik dapat dilakukan dengan hukum
Charles. Dengan mengekstrapolasikan plot volume gas terhadap temperatur,
volumes menjadi nol pada temperatur tertentu. Menarik bahwa temperatur saat
volumenya menjadi nol sekitar -273°C (nilai tepatnya adalah -273.2 °C) untuk
semua gas. Ini mengindikasikan bahwa pada tekanan tetap, dua garis lurus yang
didapatkan dari pengeplotan volume V1 dan V2 dua gas 1 dan 2 terhadap
temperatur akan berpotongan di V = 0.
Fisikawan Inggris Lord
Kelvin (William Thomson (1824-1907)) mengusulkan pada temperatur ini temperatur
molekul gas menjadi setara dengan molekul tanpa gerakan dan dengan demikian
volumenya menjadi dapat diabaikan dibandingkan dengan volumenya pada temperatur
kamar, dan ia mengusulkan skala temperatur baru, skala temperatur Kelvin, yang
didefinisikan dengan persamaan berikut. 273,2 + °C = K Kini temperatur Kelvin K
disebut dengan temperatur absolut, dan 0 oK disebut dengan titik nol
absolut.
Dengan menggunakan skala
temperatur absolut, hukum Charles dapat diungkapkan dengan persamaan sederhana V = bT (K) dengan b adalah konstanta yang
tidak bergantung jenis gas. Menurut Kelvin, temperatur adalah ukuran gerakan
molekular. Dari sudut pandang ini, nol absolut khususnya menarik karena pada
temperatur ini, gerakan molekular gas akan berhenti. Nol absolut tidak pernah
dicapai dengan percobaan.
Temperatur terendah yang pernah
dicapai adalah sekitar 0,000001 K. Avogadro menyatakan bahwa gas-gas bervolume
sama, pada temperatur dan tekanan yang sama, akan mengandung jumlah molekul
yang sama (hukum Avogadro). Hal ini sama dengan menyatakan bahwa volume gas
nyata apapun sangat kecil dibandingkan dengan volume yang ditempatinya. Bila
anggapan ini benar, volume gas sebanding dengan jumlah molekul gas dalam ruang
tersebut. Jadi, massa relatif, yakni massa molekul atau massa atom gas, dengan
mudah didapat.
“Dalam suatu reaksi kimia
gas yang diukur pada P dan T yang sama volumenya berbanding lurus dengan
koefisien reaksi atau mol, dan berbanding lurus sebagai bilangan bulat dan
sederhana.”
Contoh : Berat 1 liter suatu gas = 2
gram, 10 liter NO pada P dan T yang sama beratnya 7,5 gram. Berapa berat
molekul tersebut?
Jawab : V1 / V2 = n1
/ n2
n1= 2 / x
n1 =
2 /x =
X =
VI.
Hukum
Boyle – Gay Lussac (1802)
"Bagi
suatu kuantitas dari suatu gas ideal (yakni kuantitas menurut beratnya) hasil
kali dari volume dan tekanannya dibagi dengan temperatur mutlaknya adalah
konstan". Untuk n1 = n2, maka P1.V1 / T1 = P2.V2 / T2
Contoh
: 1 mol gas N2 pada tekanan 2 atm pada volume 15 liter pada temperatur 27oC.
Berapakah volume gas pada tekanan 3 atm dengan temperatur 30oC?
Penyelesaian
:
Diketahui
: V1 = 15 liter T1 = (273 + 27) = 300oK
P1 =
2 atm T2 = (273 + 30) = 303oK P2 = 3 atm
Ditanya
: V2 = ?
Jawab
: P1.V1 / T1 = P2.V2 / T2
2 x
15 / 300 = 3.V2 / 303
V2 =
10,1 liter
VII.Hukum Dalton (1803)
Berdasarkan
teori atom Dalton, kita dapat mendefinisikan atom sebagai unit terkecil
dari suatu unsur yang dapat melakukan penggabungan kimia. Dalton membayangkan
suatu atom yang sangat kecil dan tidak dapat dibagi lagi. Tetapi, serangkaian
penyelidikan yang dimulai pada tahun 1850-an dan dilanjutkan pada abad IXX
(kesembilan belas) secara jelas menunjukkan bahwa atom sesungguhnya memiliki
struktur internal: yaitu atom tersusun atas partikel-partikel yang lebih kecil
lagi, yang disebut partikel subatom. Penelitian tersebut mengarah pada penemuan
tiga partikel subatom-elektron, proton, dan neutron.
“Jika
dua unsur dapat membentuk satu atau lebih senyawa, maka perbandingan massa dari
unsur yang satu yang bersenyawa dengan jumlah unsur lain yang tertentu massanya
akan merupakan bilangan mudah dan tetap.”
Contoh:
MnO : Mn2O7 (Mr Mn = 55, O = 16)
Berat
O = 8 gram
Mn =
(dalam MnO)
Mn =
(dalam MnO2)
Mn =
(dalam Mn2O7)
VIII.
Hukum Avogadro (1811)
Adalah hukum gas yang diberi nama
sesuai dengan ilmuwan Italia Amedeo Avogadro, yang pada 1811 mengajukan
hipotesis bahwa:
“Gas-gas
yang memiliki volum yang sama, pada temperatur dan tekanan yang sama, memiliki
jumlah partikel yang sama pula.”
Artinya,
jumlah molekul atau atom dalam suatu volum gas tidak tergantung kepada ukuran atau
massa dari molekul gas. Sebagai contoh, 1 liter gas hidrogen dan nitrogen akan mengandung
jumlah molekul yang sama, selama suhu dan tekanannya sama. Pada keadaan STP
(0oC, 76 cmHg), 1 mol gas volumenya 22,4 liter
Contoh:
Berapakah volume gas 29 gram C4H10 pada temperatur dan tekanan tetap, di mana
35 liter oksigen beratnya 40 gram (Mr C4 H10 = 58; Ar O = 16)
Jawab
:
Mol
C4H10 = 29 /
54 = 0,5 mol
Mol
O2 = 40 / 32 = 1,25
mol
1/2
mol C4H10 = 0,5 / 1,25 x 35 = 14 liter
IX.
Hukum Gas Ideal (1834)
Gas
merupakan satu dari tiga wujud zat dan walaupun wujud ini merupakan bagian tak terpisahkan
dari studi kimia, bab ini terutama hanya akan membahas hubungan antara volume,
temperatur dan tekanan baik dalam gas ideal maupun dalam gas nyata, dan teori kinetik
molekular gas, dan tidak secara langsung kimia. Bahasan utamanya terutama tentang
perubahan fisika, dan reaksi kimianya tidak didiskusikan. Namun, sifat fisik
gas bergantung pada struktur molekul gasnya dan sifat kimia gas juga bergantung
pada strukturnya. Perilaku gas yang ada sebagai molekul tunggal adalah contoh
yang baik kebergantungan sifat makroskopik pada struktur mikroskopik. Sifat-sifat
gas dapat dirangkumkan sebagai berikut.
1.
Gas bersifat transparan.
2.
Gas terdistribusi merata dalam ruang apapun bentuk ruangnya.
3.
Gas dalam ruang akan memberikan tekanan ke dinding.
4.
Volume sejumlah gas sama dengan volume wadahnya. Bila gas tidak diwadahi, volume gas akan menjadi tak hingga besarnya,
dan tekanannya akan menjadi tak hingga kecilnya.
5.
Gas berdifusi ke segala arah tidak peduli ada atau tidak tekanan luar.
6.
Bila dua atau lebih gas bercampur, gas-gas itu akan terdistribusi merata.
7. Gas
dapat ditekan dengan tekanan luar. Bila tekanan luar dikurangi, gas akan mengembang.
8.
Bila dipanaskan gas akan mengembang, bila didinginkan akan mengkerut.
Dari
berbagai sifat di atas, yang paling penting adalah tekanan gas. Misalkan suatu
cairan memenuhi wadah. Bila cairan didinginkan dan volumenya berkurang, cairan
itu tidak akan memenuhi wadah lagi. Namun, gas selalu akan memenuhi ruang tidak
peduli berapapun suhunya. Yang akan berubah adalah tekanannya. Alat yang
digunakan untuk mengukur tekanan gas adalah manometer. Prototipe alat pengukur
tekanan atmosfer, barometer, diciptakan oleh Torricelli.
Tekanan
didefinisikan gaya per satuan luas, jadi tekanan = gaya/luas. Dalam SI, satuan
gaya adalah Newton (N), satuan luas m2, dan satuan tekanan adalah Pascal (Pa).
1 atm kira-kira sama dengan tekanan 1013 hPa. 1 atm = 1,01325 x 105 Pa =
1013,25 hPa Namun, dalam satuan non-SI unit, Torr, kira-kira 1/760 dari 1 atm,
sering digunakan untuk mengukur perubahan tekanan dalam reaksi kimia. Fakta
bahwa volume gas berubah bila tekanannya berubah telah diamati sejak abad XVII oleh
Torricelli dan filsuf/saintis Perancis Blase Pascal (1623-1662). Boyle
mengamati bahwa dengan mengenakan tekanan dengan sejumlah volume tertentu
merkuri, volume gas, yang terjebak dalam tabung gelas yang tertutup di salah
satu ujungnya, akan berkurang. Dalam percobaan ini, volume gas diukur pada
tekanan lebih besar dari 1 atm. Boyle membuat pompa vakum menggunakan teknik
tercangih yang ada waktu itu, dan ia mengamati bahwa gas pada tekanan di bawah
1 atm akan mengembang. Setelah ia melakukan banyak percobaan, Boyle mengusulkan
persamaan untuk menggambarkan hubungan antara volume V dan tekanan P gas.
Hubungan ini disebut dengan hukum Boyle.
PV =
k (suatu tetapan)
Tiga
hukum Gas
Hukum
Boyle: V = a/P (pada T, n tetap)
Hukum
Charles: V = b.T (pada P, n tetap)
Hukum
Avogadro: V = c.n (pada T, P tetap)
Jadi,
V sebanding dengan T dan n, dan berbanding terbalik pada P. Hubungan ini dapat digabungkan
menjadi satu persamaan:
V
= RTn/P atau PV = nRT R adalah tetapan
baru. Persamaan di atas disebut dengan persamaan keadaan gas ideal atau
lebih sederhana persamaan gas ideal. Nilai R bila n = 1 disebut dengan konstanta
gas, yang merupakan satu dari konstanta fundamental fisika. Nilai R beragam
bergantung pada satuan yang digunakan. Dalam sistem metrik, R = 8,2056 x10–2
dm3 atm mol-1 K-1. Kini, nilai R = 8,3145 J mol-1 K-1 lebih sering digunakan.
PV =
n.R.T
Keterangan:
V = Volume
P =
Tekanan
n =
mol
R =
Konstanta (0,082)
T =
Temperatur
Contoh:
Hitung
volume 1 mol gas pada keadaan standar (00 C pada tekanan 1 atm =
273oK).
Jawab
:
PV =
n. RT
1 x
V = 1 x 0,082 x 273
V =
22,4
0 komentar:
:f ;;) :$ x(
:@ :~ ) :s (
Posting Komentar